Sabtu, 15 Juni 2013

[ Galatama ] Telaga Mulya Cibinong

Telaga mulya cibinong



Tempat pemancingan galatama yang satu ini lumayan santer namanya, karena kata caddy disitu tempat ini dulunya pemancingan terbaik se asia tenggara tapi yah siapa yang tau deh. 

Nah sekarang gw pengen ngulas aja pemancingan ini karena berhubungan gw sering kesini dan rumah gw jg dekat sini hehe. Pemancingan ini terletak di daerah cikaret, cibinong tepatnya dekat rumah sakit cibinong.  

Untuk fasilitas lumayan deh Tempatnya enak adem, parkiran mobil dan motor luas dan aman, untuk penjual umpan essen yang siap pakai pun ada didalam tempat pemancingan dan ada dua juga di depan gerbang pemancingan so banyak pilihan buat ramuan. 

Soal harga 
Di pemancingan Telaga Mulya ini ada 3 kolam, pertama Kolam Ikan Mas, kedua Kolam Ikan Patin yang baru-baru ini dibuka lagi, dan terkahir Kolam Khusus Executive <- yang ini ga jelas masih ada peminatnya ga, karena untuk tiket aja minimal Rp 5.000.000 dan harus dicariin lawannya dulu tapi ikan terkecilnya 5 kg . Nah di kolam ikan mas biasanya ikan mas yang kita dapetin berat minimalnya 3kg sampai 11,5 kg dan untuk jumlah lapak ada 70 dan juga tempatnya lumayan panjang dan lebar jadi ga terlalu mepet-mepet kalau lempar , penimbangan ada dua di lapak kecil ada satu dan dilapak besar ada satu juga. 

Pemancingan ini menurut gw salah satu pemancingan yang ramai soalnya pas gw dateng seengganya selalu ada 40 pemancing di hari biasa dan 50an di hari libur soalnya ini pemancingan punya ikan yang kelaparan dan bikin kita nagih mulu walau ga dapet juara haha.

Untuk list kategori juara disini biasanya : 

1. Juara induk 1
2. Juara induk 2
3. Juara Induk 3
4. Juara induk merah
5. Juara total
6. Point 5kg terbanyak kembali tiket

Nah karena probility kemenangannya lumayan banyak dan ikannya selalu lempar ngacir sental makanya jadi banyak para pemancing kesini. 

Harga tiket

Tiket : Rp 100.000
C hitam : Rp 50.000
C merah : Rp 50.000
Untuk kategori C ga wajib kok.

Selasa dan jumat biasanya ada paket dan biasanya tiket polosnya bisa Rp 150.000 - Rp 200.000 untuk C sama aja mungkin ada tambahan SS. 
Sabtu dan minggu juga tiket Rp 150.000 

Untuk hari senin bisa libur atau dipakai lomba yang biasanya tiket + c nya berkisar Rp 2.000.000

Nilai plus Pemancingan Galatama Telaga Mulya : 

- Parkiran Luas dan Aman
-Jumlah Lapak yang cukup banyak
-Hadiah Yang banyak 
-Terdapat kolam lainnya
-Ada musholla dan kantin
-Terdapat banyak pilihan pedagang umpan

Nilai Minus :

-Kamar Mandi hanya terdapat dilapak besar
-Menu makanan kantin kurang banyak
-Tidak terdapat tempat hiburan atau menunggu untuk keluarga

Untuk nilai maka saya berikan angka 
4 dari 5 .

Sekian dan Terima Kasih.


Senin, 14 Januari 2013

[SoftSkill]Fungsi agama dalam Masyarakat



Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Namun, kalau dilihat dari secara kelompok atau masyarakat, bagaimana kita memahami agama tersebut dalam kehidupan masyarakat?.

Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
1. Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
2. Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
3. Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
4. Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
6. Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7. Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
8. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.


Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat  menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
  • Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
  • Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan  baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
  • Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
  • Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.
Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya.
Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.

Referensi :


Selasa, 01 Januari 2013

KELUARGA

KELUARGA


Keluarga (Bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperatan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.



Tugas
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1.       Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.       Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3.       Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4.       Sosialisasi antar anggota keluarga.
5.       Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6.       Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7.       Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8.       Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

Fungsi
  1. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  2. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  3. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
  4. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  5. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
  6. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
  7. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
  8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
  9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 oktober 1978. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam poenanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaiksud.

Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :

1. Landasan Idiil : Pancasila

2. Landasan Konstitusional : Undang-undang dasar 1945

3. Landasan Strategi : Garis-garis Besar Haluan Negara

4. Landasan Histories : Sumpah Pemuda dan Proklamasi

5. Landasan Normatif : Tata nilai ditengah masyarakat.



Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinia IV.

Atas dasar kenyataan ini, diperlukan penataan kehidupan pemuda sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan untuk merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.

Tanpa ikut sertanya generasi muda, tujuan pembangunan ini sulit tercapai. Hal ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka, pembangunan jangka panjang dapat kehilangan keseimbangannya.

Apabila pemuda masa sekarang terpisah dari persoalan masyarakatnya, sulit terwujud pemimpin masa datang yang dapat memimpin bangsanya sendiri.

Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu :

1. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan ketrlibatannya pun secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa.

2. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kea rah pertumbuhan potensi dan kemampuan ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.



Referensi :






Selasa, 06 November 2012

[Soft Skill] Perkembangan Hindu dan Buddha


Disini saya hanya akan membahas perkembangan kebudayaan Hindu dan Buddha saja, mari kita baca bersama 

A. Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha
Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha tidak diperkenalkan ke Indonesia melalui cara paksaan, tetapi juga tidak diperkenalkan oleh saudagar-saudagar dari India. Pengenalan budaya, agama maupun bahasa Sansekerta jelas bukan bidang dan keahlian para saudagar. Para saudagar masuk ke Indonesia hanya untuk berdagang. Jadi yang paling tepat bahwa para raja atau penguasa di kerajaan- kerajaan kecil di Indonesia dipengaruhi oleh para pendeta dan kaum Brahmana dari India. Mereka membawa kebudayaan India masuk ke Indonesia terutama melalui penguasa-penguasa di Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu–Buddha
dari India tersebut tidak ditiru sebagaimana adanya, tetapi sudah dipadukan dengan unsur kebudayaan asli Indonesia sehingga terbentuklah unsur kebudayaan baru yang jauh lebih sempurna. Proses percampuran
kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu–Buddha dari India dinamakan akulturasi. 

1. Perkembangan Aksara dan Sastra
Aksara mulai muncul di Indonesia pada abad ke-4 M. Prasasti-prasasti pertama ditulis dengan aksara Pallawa, tetapi prasasti-prasasti sebelum abad ke-7 rata-rata tidak bertanggal. Prasasti-prasasti pertama yang ditemukan di Indonesia ditulis dalam bahsa Sanskerta dan aksara Pallawa. Sanskerta adalah bahasa pendidikan di seluruh India, digunakan oleh kalangan terpelajar dan ahli-ahli agama. Bahasa Sanskerta ini kemudian berkembang dan dipakai oleh masyarakat Indonesia pada waktu itu dan mempengaruhi lahirnya bahasa Jawa Kuno yang dipakai sebagai alat komunikasi masyarakat Indonesia selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa proses masuknya budaya India ke Indonesia memang disengaja karena dibawa oleh golongan terpelajar dan para ahli agama, bukan oleh para saudagar. Setelah berdirinya Kerajaan Kutai dan disusul oleh kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, maka budaya Hindu–Buddha sangat mempengaruhi perkembangan budaya di Indonesia.
Perkembangan sastra pada masa Hindu-Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat. Naskah sastra pada masa Hindu–Buddha biasanya ditulis di atas daun lontar yang dapat tahan dalam waktu yang cukup lama.

2. Perkembangan Sistem Kepercayaan
Sebelum masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, di Indonesia telah berkembang kepercayaan animisme dan dinamisme yang merupakan kepercayaan asli nenek moyang kita. Kepercayaan ini berpusat pada pemujaan terhadap roh nenek moyang.
a. Agama Hindu
Masuknya agama Hindu ke Indonesia sekitar abad ke-2 M berpengaruh besar terhadap sistem kepercayaan asli masyarakat Indonesia pada masa itu. Agama Hindu bersifat polytheisme, yaitu menyembah banyak dewa. Dewa dewa dalam agama Hindu biasanya berupa lambang kekuatan alam, seperti Dewa Agni (api), Dewa Bayu (angin), Dewa Surya (matahari), dan sebagainya. Ajaran hidup dalam agama Hindu berpusat pada 4 hal utama, yaitu:
1. Samsara : Hidup di dunia merupakan sebuah penderitaan dan kesengsaraan
2. Karma : Kesengsaraan hidup di dunia diakibatkan oleh perilaku yang tidak terpuji pada masa lalu.
3. Reinkarnasi : Proses kelahiran kembali, kesempatan untuk memperbaiki perilaku buruk masa lalu.
4. Nirvana (Moksa) : Hilang, sempurna, lepas dari samsara, tidak dilahirkan kembali. Abadi di surga.
Umat Hindu memiliki ktab suci Wedha. Kitab Brahmana (tafsir Wedha), dan kitab Upanisad, berisi cara-cara agar tidak mengalami “samsara”.

b. Agama Buddha
Agama Buddha diperkenalkan oleh Sidharta, putra Raja Sudodhana dari kerajaan Kapilawastu. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka, terdiri atas Vinayapitaka (aturan-aturan kehidupan), Suttapitaka (dasar-dasar dalam memberikan pelajaran), dan Abdidharmapitaka (falsafah agama). Pada dasarnya agama Buddha hampir sama dengan agama Hindu. Dua hal yang paling membedakan adalah dalam agama Buddha tidak diperkenankan melakukan upacara kurban dan ajaran Buddha tidak mengenal kasta, sehingga dalam perkembangan selanjutnya agama Buddha pernah lebih berpengaruh dibandingkan Hindu. Ajaran Buddha mengajarkan bahwa hidup di dunia adalah samsara, samsara ada karena adanya nafsu pada diri seseorang. Samsara akan hilang jika nafsu juga hilang. Agar nafsu hilang seseorang harus menempuh delapan jalan
kebenaran. Umat Buddha diwajibkan mengucapkan Tridharma, yaitu mencari perlindungan pada Buddha, Dharma, Sanggha. Tempat-tempat yang dianggap suci oleh umat Buddha, antara lain tempat kelahiran Sidharta (Taman Lumbini), tempat Sidharta menerima Bodhi (Bodh Gaya), tempat Sidharta pertama kali menyiarkan ajarannya (Benares), dan tempat Sidharta wafat (Kucinagara

3. Perkembangan Seni Bangunan (Arsitektur)
Kebudayaan Hindu–Buddha yang datang dari India berpengaruh besar terhadap seni bangunan (arsitektur) di Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu– Buddha terhadap seni bangunan di Indonesia yang masih dapat dinikmati sekarang hanyalah yang terbuat dari batu dan bata. Bangunan ini erat hubungannya dengan hal keagamaan sehingga bersifat suci. Ini bukan berarti pada saat pengaruh India datang, di Indonesia tidak ada bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu. Akan tetapi, kedua bahan itu mudah lapuk sehingga
hasil peninggalannya tidak sampai pada kita sekarang Bangunan dari batu dan bata yang mendapat pengaruh India yang ditemukan di Indonesia itu disebut candi. Istilah candi ini juga untuk menyebut berbagai bangunan pra-Islam lainnya, termasuk gapura dan tempat pemandian umum, tetapi wujud utamanya adalah tempat pemujaan. Candi berfungsi untuk memuliakan orang yang sudah mati, khususnya para raja dan orang terkemuka. Candi sebagai makam hanya terdapat dalam ajaran agama Hindu. Pembuatan candi Buddha ditujukan sebagai tempat pemujaan dewa belaka. Di dalamnya tidak terdapat peripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan yang disebut stupa.Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a. Kaki candi, bentuknya persegi (bujur sangkar), di tengah-tengah kaki candi inilah ditanamkan peripih.
b. Tubuh candi, terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi Arca Guru, relung utara berisi Arca Durga, dan relung belakang berisi Arca Ganesha. Relung-relung candi yang besar diubah.     c. Atap candi, terdiri atas tiga tingkat, makin ke atas makin kecil dan di puncaknya ada lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segiempat dengan gambar teratai merah, takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari dalam peripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan sehingga hiduplah arca itu sebagai perwujudan raja sebagai dewa (pemujaan terhadap nenek moyang). Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, Candi Gedong Sanga, Candi Sukuh, Candi Dieng, Candi Jago, Candi Singasari, Candi Kidal, Candi Penataran, Candi Surawana, dan Gapura Bajang Ratu. Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Buddha, antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, dan Candi Muara Takus. Beberapa peninggalan lain di Indonesia yang menyerupai candi, antara lain sebagai berikut.
a. Patirtan atau pemandian, misalnya di Jolotundo dan Belahan di Lereng Gunung Penanggungan; Candi Tikus di Trowulan, Jawa Timur dan Gua Gajah di Gianyar, Bali. Gambar 2.2 Bagian-bagian candi 
b. Candi Padas di Gunung Kawi Tampaksiring, Bali terdapat sepuluh candi yang dipahatkan seperti relief di tebing-tebing pada Pakerisan.
c. Gapura yang berbentuk seperti candi. Bagian tubuh gapura terdapat pintu keluar-masuk. Misalnya, Candi Plumbangan, Candi Bajang Ratu, dan Candi Jedong.
d. Candi Bentar merupakan jenis gapura berbentuk seperti candi yang dibelah dua sebagai jalan keluar masuk. Misalnya, Candi Wringin Lawang dan Candi Bentar di Panataran.

5. Perkembangan Sistem Pemerintahan
Sebelum kedatangan kebudayaan Hindu–Buddha, masyarakat Indonesia merupakan kelompok sosial yang dipimpin oleh kepala suku. Setelah kedatangan kebudayaan Hindu–Buddha dari India, struktur masyarakat Indonesia berkembang lebih teratur dan terorganisasi. Kelompok masyarakat yang sebelumnya berupa suku-suku berubah menjadi kerajaan. Sebutan kepala pemerintahannya pun berubah dari kepala suku menjadi raja. Perubahan lain yang tampak dengan masuknya pengaruh Hindu–Buddha ke Indonesia dalam sistem pemerintahan adalah berubahnya konsep pemilihan pemimpin. Sebelum datang pengaruh Hindu–Buddha, seorang pemimpin dipilih karena mempunyai kemampuan tertentu yang tidak dimiliki orang lain dan bukan karena keturunan. Namun, setelah pengaruh Hindu–Buddha datang, kepemimpinan itu cenderung berdasarkan keturunan. Raja juga memperkuat kedudukan dan kekuasaannya dengan menyatakan bahwa dirinya adalah penjelmaan atau masih keturunan dewa. Raja memiliki kesaktian dan berbeda dari rakyat umum. Konsep raja sebagai penjelmaan atau keturunan dewa, misalnya terlihat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman di Tarumanegara. Untuk memperkuat kedudukan dan kekuasaannya, raja membuat Prasasti Ciaruteun. Wujud prasasti itu berupa sepasang tapak kaki besar di atas sebuah batu kali dengan beberapa keterangan. Sepasang tapak kaki yang dipahatkan milik Raja Purnawarman itu diidentikkan dengan tapak kaki Dewa Wisnu. Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu–Buddha menyebabkan bentuk
kerajaan yang berkembang di Indonesia juga mempunyai corak Hindu atau Buddha. Kerajaan-kerajaan yang muncul dan mendapat pengaruh Hindu–Buddha, antara lain sebagai berikut.
a. Kerajaan di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain Kerajaan Kutai,
Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga),
dan Majapahit. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar di
Indonesia.
b. Kerajaan di Indonesia yang bercorak Buddha, antara lain Kerajaan Holing,
Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan Buddha terbesar di Indonesia



Refrensi : 
Buku Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa
Sh. Musthofa
Suryandari
Tutik Mulyati











Minggu, 28 Oktober 2012

GALATAMA





Galatama mungkin buat orang-orang jadul banget mengira Galatama adalah LIGA UTAMA  SEPAKBOLA, tapi disini gw mau menjelaskan tentang mancing Galatama yang menurut dari pandangan gw sendiri dan terutama tentang Mancing Galatama Ikan Mas, karena gw sendiri masih kategori pemancing awam dan baru terjun di pemancingan Galatama, mari kita simak bacotan gw sbb.

Para pemancing mana yang tidak tahu Pemancingan Galatama ? gw yakin 100 % pasti mengenal Galatama dan Kebanyakan dari mereka yang sudah mencoba pasti ketagihan dan rela menguras isi kantongnya sedalam-dalamnya, dikarenakan tiket galatama tidak lah semurah mancing harian yang notebenenya 20 rb an dan jika galatama bisa berkisar 75 ribu - 300 ribu itu pun murni tiket dan belum termasuk C, C merah, dan SS atau biasa kita sebut sampingan maka dari itu juga banyak  yang terjerumus jatuh dari perkerjaan dan hanya menjadi seorang kenek pemancing atau biasa di panggil caddy. Para pemancing yang khususnya Galatama Ikan Mas biasanya di kaitkan dengan dukun karena para pemancing yang juara di suatu kolam bisa itu terus menerus dan uang yang diciptakan dari kemenangan para pemancing sangatlah besar maka dari itu siapa yang tidak tergiur hingga menggunakan segala cara untuk mendapatkan kemenangan di Kolam Galatama Tsb ? tapi pendapat gw itu gak juga bisa jadi pemancing yang juara terus menerus sudah membina umpan di kolam galatama tersebut sudah sangat lama dan ikan pun sudah terbiasa dengan umpan tersebut.

Susunan Hadiah Galatama :
Induk 1  : Ikan Terberat di Kolam Tersebut
Induk 2  : Ikan Terberat ke 2 di Kolam Tersebut
Induk 3  : Ikan Terberat ke 3 di Kolam Tersebut
Induk 4  : Ikan Merah Terberat di Kolam Tersebut
Point 5kg : Point 5 kg terbanyak dan tidak boleh dimasukan ke korang
Total     : Berat ikan yang terdapat di Korang

Peraturan Pemancing Galatama :
1. Memancing dengan 1 buah Joran.
2. Kail yang di pakai 3 buah.
3. Timah yang dipakai sesuai ketentuan pemilik kolam.
4. Umpan yang dipakai sagu dan pelet.
5. Tidak diperkenankan memakai pelet babi, alus mie, dan sebagainya.

Mancing Galatama kalau kata Pakar itu harus memiliki 4 + 1 Hal yaitu :
1. Umpan yang baik
2. Peralatan Mancing Terbaik
3. Lapak yang Bagus
4. Keahlian
 dan tambahannya
5. HOKI

Mari kita bahas nomor 1 yaitu Umpan yang baik,
di empang Galatama biasanya Umpan yang diperbolehkan Pelet, Sagu + Essen, dan Belut (khusus Kompetisi) , nah 99 % para pemancing biasanya memakai umpan Sagu + Essen karena umpan yang dibuat tidak gampang hancur didalam air dan baunya bisa sangat menyengat dan disukai para ikan (tergantung campuran essen) namun biasanya para pakar membuat umpan sagu + essen tidak sembarangan, mereka biasanya menentukan warna air empang, cuaca, dan suhu air empang dikolam tsb karena bila salah umpan biasanya yang dapat hanya ikan-ikan rame.

2. Peralatan Mancing yang Terbaik.
Peralatan Mancing harus yang Terbaik supaya sewaktu figting dengan ikan bisa cepat dengan selesai dan peralatan yang dipakai harus yang pas untuk kolam Galatama Ikan Mas.

3. Lapak yang Bagus
Lapak yang Bagus itu lapak yang biasa mendapatkan babon biasanya terdapat di lapak pojok dan lapak yang terdapat putaran kincir (blower) yah namun itu semua bukan menjadi prioritas karena ikan tidak akan 24 jam/7 hari berada di lapak itu saja .

4. Keahlian
Nah ini dia yang paling terpenting dari Mancing Galatama adalah Keahlian, biasanya para pemancing pemula sering sekali gagal mendapatkan ikan yang sudah tersangkut dikarenakan menariknya dengan cara paksa dan para ahli berkata memancing ikan 4 kilo dengan 7 kilo keatas itu sangat berbeda, bila ikan 4 kilo kita masih bisa main kasar atau paksa tapi kalau ikan 7 kilo kita menariknya dengan lemah lembut dan ketika memainkan ikan besar jangan sampai kenur kita kendur.

Nah ini yang paling penting dari semua 4 point diatas yaitu HOKI !!!
kalau soal hoki pasti semua tau apa itu hoki, banyak sekali para ahli atau pakar yang sudah berkecimpung di kolam galatama selama puluhan tahun kalah dengan orang yang baru memancing 1 kali, ada yang mendapatkan lapak babon tapi tidak mendapat babon bahkan tidak mendapatkan 1 pun ikan maka dari itu para pemancing senior junior tidak ada dalam kamus pemancing Galatama. 
                                                                                                                                                       
Nah itu sedikit ulasan dari gw soal mancing Galatama dan gw sangat terbuka sekali kalau ada yang mau ngajakin gw mancing bareng terumata di daerah jabode hehe..
yang mau ulasan lebih soal mancing memancing segala jenis teknik silakan kunjungi forum dibawah
Http://www.fishyforum.com
Http://www.iftfishingforum.com 

Terima kasih.