Minggu, 09 April 2017

Masalah Pada Ruang Lingkup Kebudayaan

asalah kebudayaan di Indonesia dan Solusinya


Indonesia..... . hmm... setiap orang di negara ini maupun orang luar negeri yang mendengar kata ini pasti sudah mengetahui bahwa kata ini adalah suatu nama negara di Asia Tenggara yang didalamnya terdapat banyak penduduk dan terdapat banyak kebudayaan yang beragam. Tetapi daiantara pengetahuan itu, mungkin banyak juga yang mengatakan bahwa di Negara itu banyak sekali masalah - masalah kebudayaan yang sampai saat ini mungkin belum bisa terpecahkan secara menyeluruh. Inilah anggapan - anggapan miring yang memang benar terjadi. Sebuah negara yang di dalamnya terdapat banyak kebudayaan - kebudayaan indah akan tercoreng namanya hanya dengan anggapan buruk yang memang benar terjadi tersebut.

Seperti REOG dan Batik yang diklaim bangsa lain. Saya merasa pemerintah terlalu mengentengkan masalah ini. sehingga negara lain semakin merajalela untuk mengklaim budaya Indonesia.

Apa saja masalah kebudayaannya??
Apa penyebabnya??
Dan apa solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut??
Disini kita akan sedikit mengulas tentang kejadian di atas.

1. Apa saja masalah kebudayaannya??
Banyak sekali masalah - masalah kebudayaan di Indonesia, antara lain :
- Banyak budaya Indonesia yang diklaim bangsa lain
- Hampir hilangnya suatu kebudayaan.
- Semakin terkikis oleh perkembangan zaman teknologi yang semakin canggih.

2. Apa penyebabnya??
Penyebabnya adalah :
- Dalam sektor pemerintah :
- Pemerintah kurang memperhatikan budaya - budaya Indonesia. Dalam arti, pemerintah tidak langsung membuatkan UU perlindungan untuk setiap budaya yang ada.
- Dalam sektor penduduk :
- Kita sebagai penduduk Indonesia kurang memperhatikan budaya Indonesia juga, tidak mau melestarikan budaya negara sendiri.
- Hampir seluruh generasi muda lebih menyukai budaya barat dari pada budaya sendiri.

3. apa solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut??
Menurut saya ada beberapa solusi yang bisa kita terapkan untuk mengurangi masalah - masalah tersebut, antara lain :
- Pemerintah harus lebih memperhatikan perkembangan budaya kita.
- Pemerintah harus segera membuatkan UU perlindungan untuk semua budaya kita.
- Semua penduduk harus lebih mencintai budaya sendiri.
- Melestarikan budaya Indonesia kepada gernerasi muda.

Cara Melestarikan Budaya Yang Ada di Masyarakat

Kemajuan teknologi dan informasi menjadi ancaman bagi kebudayaan nasional yang masih tradisional. Masuknya kebudayaan dari luar melalui media baik elektronik maupun cetak mulai menggeser kecintaan masyarakat terhadapan budaya asli Indonesia. Selain itu ancaman musnahnya kebudayaan nasional muncul dari dalam diri masyarakat itu sendiri, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda Indonesia masih sangat rendah minat dalam hal membaca dan menulis sehingga ini merupakan tolak ukur bagi tingkat mempelajari budaya.
Namun dari kemajuan teknologi pula kita dapat menangkap peluang baru untuk melestarikan kebudayaan nasional. Dengan cara mempopulerkan dan mengenalkan keragaman budaya nasional melalui jejaring sosial, baik facebook, twitter maupun jejaring sosial lainnya. Hal ini menjadi peluang yang sangat baik karena trend gaya hidup masyarakat Indonesia terutama di kota – kota besar telah bergeser pada generasi gadget dan internet. Pengaruh jejaring sosial di internet pun semakin besar. Misalnya dalam memilih tempat wisata para turis baik manca maupun domestik lebih percaya pada banyaknya orang yang membicarakannya di twitter atau rekomendasi teman – teman di facebook daripada brosur pariwisata. Kicauan – kicauan di twitter pun dapat mempengaruhi jumlah pemilih dan pemilihan umum.
Sosialisasi melalui jejaring sosial atau lebih dikenal dengan Internet Viral Marketing ini sudah banyak digunakan oleh negara – negara maju. Misalnya saja negara Inggris, yang mewajibkan semua anggota parlemen dan pegawai negri sipilnya untuk ikut mensosialisasikan kebijakan – kebijakan pemerintah yang telah dibuat. Ini merupakan salah satu pendekatan komunikasi pemerintah dengan rakyatnya. Mengingat semakin banyaknya warga negara yang menggunakan internet, pemerintah Inggris mengembangkan kemampuannya menggunakan channel digital secara efektif.
Pengguna jejaring sosial di Indonesia untuk media twitter, berdasarkan data yang dilansir situs Semiocast Dot Com, jumlah tweeps di Indonesia sebanyak 19,5 juta orang.  Jumlah tersebut menempati posisi kelima dunia setelah Amerika Serikat (sekitar 107 juta pengguna), Brasil (33 juta pengguna), Jepang (29 juta pengguna), dan Inggris (24 juta pengguna).

Sementara itu, data yang dirilis situs A World of Tweets Dot Com menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga terbanyak di dunia dalam menulis tweet (kicauan), yakni sebesar 11,39%. Peringkat pertama diduduki Amerika Serikat dengan jumlah tweet sebanyak 27%, dan peringkat kedua dipegang Brazil dengan tweet sebesar 24 %.

Sementara untuk media fecebook, jauh lebih besar yakni 43,06 juta (data terakhir situs Socialbakers Dot Com terlampir). Pengguna facebook berasal dari semua kalangan dan semua usia.
Dari data di atas angka pengguna situs yang cukup besar. Terlebih lagi pengguna jejaring sosial di Indonesia sangat aktif online dan berkicau. Terbukti dari survey bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dalam menuliskan tweet di twitter dapat kita simpulkan bahwa media jejaring sosial sangat berpotensi sebagai media untuk mensosialisasikan khazanah budaya bangsa yang sudah banyak dilupakan masyarakat.
Agar persebaran informasi dapat maksimal dan menarik, ada beberapa cara yang dapat kita terapkan. Cara – cara tersebut adalah:

Membuat situs atau blog perpustakaan budaya
Situs ini berisi database, foto – foto, dan video keragaman budaya di Indonesia. Pada beranda terdapat link masing – masing provinsi. Pada link provinsi tersebut kita dapat mengetahui informasi dan berita terkini seputar budaya di daerah tersebut.

Membuat akun fanspage di facebook
Akun fanspage merupakan salah satu ikon di facebook yang dapat diikuti banyak fans tanpa harus menjadi teman. Akun ini dapat diupdate oleh beberapa admin. Dengan menggunakan akun ini informasi akan lebih mudah didapatkan oleh para fans.

Menghubungkan beberapa media
Link situs / blog yang berisi artikel – artikel, foto, video budaya dengan twitter dan facebook. Setiap ada content blog baru maka secara otomatis akan tersiar juga di twitter dan facebook.

Aktiflah untuk update status ataupun tweet
Update info harus rutin dan berkelanjutan. Jangan lupa mention instansi atau orang-orang penting dan yang terkait dengan update kita. Jika sedang tidak ada artikel baru kita bisa update yang lain yang bermanfaat dengan tetap menyelipkan link situs / blog kita.
Buatlah kuis kebudayaan berhadiah
Kuis tentang pengetahuan budaya berhadiah dapat memotivasi masyarakat pengguna jejaring sosial untuk mempelajari budaya nasional dan lebih sering membuka situs – situs budaya. Hal ini sangat menarik minat masyarakat dan merupakan cara yang paling efektif untuk memaksa masyarakat mempelajari dan mengenal budaya nasional.

Sebarkanlah semangat melestarikan budaya nasional
Selain memperkenalkan dan mensosialisasikan kembali kebudayaan nasional, kita dapat juga memotivasi generasi muda untuk menggunakan kebudayaan nasional dalam event – event yang mereka adakan. Misalnya dalam event sekolah, kampus, maupun masyarakat kita menampilkan tari – tarian asal Indonesia ketimbang boyband ataupun dance dari luar. Inilah tugas kita untuk mengenalkan dan menanamkan kecintaan pada budaya nasional pada generasi muda.
Dimulai dari dunia maya dengan menyebarkan dan membiasakan masyarakat membaca informasi tentang kebudayaan nasional akan dapat mempengaruhi alam bawah sadar mereka. Bahwa kebudayaan nasional jauh lebih baik dan lebih patut untuk dibanggakan sebelum kebudayaan lainnya. Dengan terbangunnya lagi rasa cinta budaya bangsa maka aksi – aksi untuk melestarikan budaya nasional di dunia nyata akan banyak dilakukan. Semakin banyak generasi muda yang peduli dan mau meningkatkan  kemampuannya dalam menggunakan chanel digital secara efektif untuk menyebarkan semangat mengenali dan mencintai kebudayaan nasional maka semakin mudah bagi Indonesia mengembalikan keutuhan budayanya dan kebhinekaannya.
Ancaman lunturnya kebudayaan nasional di Indonesia dapat diimbangi dengan gencarnya menyebarkan gerakan “kenali dan cintai budaya nasional” melalui media jejaring sosial. Hal ini sangat potensial mengingat hampir sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini menggunakan internet dan aktif di jejaring sosial. Kita hanya perlu mengenalkan dan menyadarkan masyarakat akan keberadaan kebudayaan tersebut. Dengan membangun kembali pengetahuan dan kecintaan terhadap budaya nasional mealui dunia maya, maka masyarakat sendirilah yang akan sadar dan melestarikannya dalam kehidupan nyata.

DAFTAR PUSTAKA
Organisation.org
awordoftweet.com
wikipedia.com

Apa Yang Di Maksud Dengan Ilmu Budaya Dasar?

Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Ilmu budaya dasar adalah suatu ilmu yang mempelajari dasar dasar dan pengertian tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris The Humanities. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus (refined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan:
  1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
  2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
  3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
  4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budayadaerah dan budaya nasional
Latar belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
  1. Kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
  2. Proses pembangunan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam kehidupan.
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Berpijak dari hal diatas, tujuan utama mata kuliah ilmu budaya dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
  1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
  2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
  3. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain.    Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
    Dengan ringkas dapat disebutkan bahwa tujuan IBD secara umum adalah :
Pembentukan dan pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang timbul dalam lingkungan, khususnya gejala-gejala yang berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas.
Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar), kedua masalah pokok itu adalah :
  1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusian dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), Baik dari segi masing-masing keahlian (Disiplin), didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (Antar Bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
  2. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat.
Kedua Pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar), Nampak jelas bahwa manusia menepati posisi sentral dalam pengkajian.
Manusia tidak hanya sebagai objek pengkajian, bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dan bagaimana pula hubungan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD, pokok-pokok bahasa yang dikembangkan adalah :
  1. Manusia Dan Harapan
  • Kepercayaan
  • Harapan
  1. Manusia Dan Kegelisahan
  • Keterasingan
  • Kesepian
  • Ketidakpastian
  1. Manusia Dan Tanggung Jawab Serta Pengabdian
  • Kesadaran
  • Pengorbanan
  1. Manusia Dan Pandangan Hidup
  • Cita-Cita
  • Kebijakan
  1. Manusia Dan Cinta Kasih
  • Kasih Sayang
  • Kemesraan
  • Pemujaan
  1. Manusia Dan Keindahan
  • Renungan
  • Kehalusan
  1. Manusia Dan Penderitaan
  • Rasa Sakit
  • Siksaan
  • Kesengsaraan
  1. Manusia Dan Keadilan
  • Kejujuran
  • Pemulihan Nama Baik
  • Pembalasan
KESIMPULAN
a) Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya.
b) Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
c) Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan dengan tujuan menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita. Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah budaya.
Ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar terdiri dari:
  1. Manusia dan cinta kasih
  2. Manusia dan keindahan
  3. Manusia dan penderitaan
  4. Manusia dan keadilan
  5. Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
  6. Manusia dan kegelisahan
  7. Manusia dan harapan.
d) Hubungan IBD dengan ilmu eksak. Sesuai dengan pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka tidak mengherankan jika pengetahuan budaya dasar itu berkaitan sekali dengan ilmu-ilmu teknik, justru ilmu teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia. Karena itu tidak mengherankan, jika karya budaya itu menuntut kekuatan, keindahan, kepraktisan, dan sebagainya. Jadi IBD merupakan ilmu yang bertugas mendasari mental pribadi mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi dan menghayati ilmu-ilmu budaya di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu disiplinnya masing-masing.

Budaya-budaya yang berlaku di dalam masyarakat luas

Bahasa mempunyai kaitan dengan masyarakat, kebudayaan, dan pikiran penuturnya, bahkan dengan dunia secara umum. Bahasa, lebih jauh, dapat pula dikatakan sebagai bentuk budaya manusia. Silverstein (Duranti, 1997:7) mengungkapkan bahwa kemungkinan gambaran-gambaran kebudayaan (masyarakat tertentu) tergantung pada sejauh mana bahasa masyarakat tersebut memungkinkan penuturnya mengujarkan apa yang dilakukan oleh kata dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli antropologi yang mempunyai perhatian terhadap ihwal bahasa, seperti Boas, Malinowski, dan yang lain, berpendapat bahwa penafsiran bentuk, nilai, dan peristiwa budaya dilakukan dengan cermat melalui bahasa. Tanpa bahasa tidak akan ada peristiwa yang dapat dilaporkan.
Teori relativitas linguistik yang menjadi dasar perumusan hipotesis Sapir-Whorf mengungkapkan bahwa ada keberhubungan antara bahasa, budaya, dan pikiran manusia. Meskipun sebagian ahli keberatan dengan teori dan hipotesis itu, namun keberadaannya dalam khasanah teori linguistik, terutama dalam sosiolinguistik dan linguistik antropologi, cukup berpengaruh. Teori relativitas linguistik yang dipegang oleh Boas, Sapir, dan Whorf menyatakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara mengungkapkan (makna) dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda pula. Teori ini diperkuat oleh Sapir dan Whorf dengan menyatakan bahwa struktur bahasa, suatu yang digunakan secara terus menerus, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku.
Bahasa dapat dikatakan sebagai kemampuan manusia untuk berkomunikasi melalui penggunaan jenis tanda tertentu yang disusun dalam unit dan sistem tertentu pula. Menurut Foley (1997: 27–29), bahasa adalah sistem tanda dengan kaidah-kaidah penggabungannya. Prinsip-prinsip kaidah penggabungan tanda-tanda untuk membentuk kalimat itulah yang disebut tatabahasa bahasa yang bersangkutan. Lebih lanjut, dapat pula dikatakan bahwa bahasa merupakan wahana mendasar bagi manusia untuk melakukan kehidupan sosial. Sewaktu digunakan dalam konteks komunikasi, bahasa terikat dengan budaya secara berlapis dan rumit. Bahasa mengungkapkan kenyataan budaya; bahasa mewujudkan kenyataan budaya; dan bahasa melambangkan kenyataan budaya.
Manusia berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara mengungkapkan (makna) dunia luar di sekitar mereka dengan cara yang berbeda pula. Inilah gagasan dasar teori relativitas linguistik, yang dipegang oleh Boas, Sapir, dan Whorf dalam kajian mereka tentang bahasa-bahasa Indian-Amerika. Pandangan Whorf mengenai adanya saling ketergantungan antara bahasa dengan pikiran dikenal dengan hipotesis Sapir-Whorf. Hipotesis Sapir-Whorf lebih tegas menyatakan bahwa struktur bahasa, suatu yang digunakan secara terus menerus, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku. Bahasa dapat dikatakan sebagai bagian integral dari manusia – bahasa menyerap setiap pikiran dan cara penuturnya memandang dunianya.
Keberhubungan antara bahasa, masyarakat, dan kebudayaan terjadi secara berlapis, rumit, dan alami. Manusia dan kebudayaan adalah pasangan yang tidak terpisahkan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada budaya tanpa manusia, dan tidak ada manusia (lazimnya) tanpa budaya. Keberhubungan antara bahasa dan kebudayaan yang begitu erat terjadi pada tataran lahiriah dan batiniah dalam kehidupn manusia, termasuk dalam pemerolahan dan pembalajaran bahasa. Aspek kesantunan berbahasa termasuk bagian penting dalam peristiwa komunikasi verbal yang erat pula persentuhannya dengan kebudayaan masyarakat penuturnya. Rasa budaya dan rasa bahasa masyarakat tertentu terjadi secara alamiah melalui proses pemerolehan dan pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Duranti (1997) mengatakan bahwa kebudayaan juga dipndang sebagai sesuatu yang dipelajari, dipindahkan, dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya melalui tindakan manusia; keseringannya dalam bentuk interaksi langsung, dan tentu saja, melalui komunikasi linguistik. Dalam pemerolehan bahasa, alam dan budaya berinteraksi sedemikian rupa untuk menghasilkan kekhasan bahasa-bahasa manusia.
Kesantunan berbahasa merupakan sebagian kiat penting dalam berbahasa yang mendukung keberhasilan penyampaian pesan. Meskipun konsep kesantunan cukup abstrak dan berbeda sesuai dengan pandangan sosial-budaya serta pribadi tertentu, namun secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kesantunan berbahasa berkaitan dengan “penghormatan” (honorific) atau penempatan seseorang pada tempat “terhormat” (honor), atau sekurang-kurangnya menempatkan seseorang pada tempat yang diingininya. Yule (1998:60), misalnya, berpendapat bahwa kesantunan dalam interaksi (berbahasa) dapat didefinisikan sebagai kiat yang dipakai untuk memperlihatkan kepedulian terhadap citra-diri seseorang di tengah masyarakatnya. Wierzbicka (1994:69) menyatakan bahwa dalam masyarakat yang berbeda dan dalam komunitas yang berbeda, orang berbicara dengan cara yang berbeda. Perbedaan cara berbicara tersebut cukup dapat diamati dan sistematis. Perbedaan-perbedaan itu, di antaranya, menggambrakan nilai budaya yang ada di tengah masyarakat tertentu. Cara berbicara yang berbeda, gaya kominikatif yang berbeda, atau pilihan struktur kalimat (ujaran) yang berbeda mempunyai perbedaan kandungan nilai sosial-budaya, di samping nilai kebahasaan lainnya. Kesantunan sangat kontekstual, yakni berlaku dalam masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain.
Untuk dapat melihat keberhubungan antara bahasa, masyarakat, dan budaya, serta kaitannya dengan relativitas bahasa, kita dapat melihat pola kesantunan berbahasa dalam bahasa Jawa. Kesantunan dalam bahasa Jawa merujuk pada pilihan ragam “halus” (krama), dan ragam “kasar” (ngoko). Misalnya dalam kalimat imperatif dalam ragam ngoko, pilihan leksikal dan pola kalimatnya berbeda dengan ragam krama; memiliki kaidahnya masing-masing.  Mari kita bandingkan.
Ragam ngoko
            Mangana, dhisik. Mengko ndak lara.
            ‘makanlah dahulu. Kalau tidak, nanti bisa sakit.’
Ragam krama
            Panjenengan kula aturi dhahar rumiyin, supados mangke mboten gerah.
            ‘Anda saya persilahkan makan dahulu, supaya nanti tidak sakit.’ 

Pustaka Acuan
Duranti, Allessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics. Oxford: Oxford University Press.
Yule, George. 1998. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.


Wierzbicka, Anna. 1994. ‘Cultural Scripts: A New Approach to the Study of Cross-Cultural Communication’ dalam Putz, Martin. 1994. Language Contact and Language Conflicts. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company.